Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kerja Sama Lintas Batas Asia: Dinamika Regional dan Aktor Kunci.

 

Kerja Sama Lintas Batas Asia: Dinamika Regional dan Aktor Kunci. 


Asia Pasifik.


Pendahuluan.

 

Kawasan Asia telah menjadi episentrum transformasi ekonomi dan geopolitik global abad ke-21. Karakteristik yang paling menonjol dari kawasan ini adalah keragaman yang luar biasa dalam tingkat pembangunan ekonomi, sistem politik, budaya, dan sejarah yang justru melahirkan mosaik kerja sama regional yang kompleks dan multi-lapis. Dalam konteks ini, kerja sama lintas batas (Cross-Border Cooperation/CBC) muncul sebagai mekanisme krusial yang tidak hanya mendorong integrasi ekonomi, tetapi juga mengelola perdamaian dan stabilitas di antara negara-negara dengan perbedaan signifikan.

 

Analisis ini akan mengkaji lanskap kerja sama lintas batas di Asia melalui empat lensa utama. Pertama, tulisan akan mengeksplorasi fitur regionalisasi yang khas di kawasan Asia-Pasifik dan bagaimana konsep Indo-Pasifik yang lebih baru membingkai ulang dinamika kawasan. Kedua, analisis akan fokus pada peran dua raksasa Asia, Tiongkok dan India, sebagai peserta kunci yang mendorong dan sekaligus membentuk arsitektur kerja sama regional. Ketiga, ASEAN akan dibahas sebagai model integrasi regional yang unik di Asia Tenggara, yang menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana mengelola keragaman. Terakhir, tulisan akan menganalisis praktik konkret CBC dalam kerangka Organisasi Kerjasama Shanghai (OKS/SCO), yang merepresentasikan bentuk kerja sama yang berfokus pada keamanan dan pembangunan kawasan.

 

Dengan menelusuri interkoneksi antara berbagai tingkat kerja sama ini dari yang bersifat mega-regional seperti Indo-Pasifik hingga yang sub-regional seperti SCO kita dapat memahami bagaimana kerja sama lintas batas telah menjadi tulang punggung tata kelola regional di Asia yang kompleks dan terus berubah.

 

1. Fitur Regionalisasi di Kawasan Asia-Pasifik dan Kawasan Indo-Pasifik.

 

Regionalisasi di Asia tidak mengikuti model integrasi linear seperti yang terjadi di Eropa. Sebaliknya, ia ditandai oleh tumpang-tindihnya (overlapping) berbagai inisiatif dan kerangka kerja yang sering kali bersifat informal, pragmatis, dan dipimpin oleh pasar.

 

1.1. Karakteristik Regionalisasi Asia-Pasifik.

 

Konsep "Asia-Pasifik" yang lebih tradisional mencerminkan integrasi ekonomi yang dipacu oleh kekuatan pasar dan jaringan produksi:

 

Integrasi yang Dipimpin oleh Pasar (Market-Led Integration): Pendorong utama integrasi di kawasan Asia-Pasifik adalah kekuatan ekonomi, khususnya pembentukan jaringan produksi regional (regional production networks) yang kompleks. Rantai pasok yang terintegrasi, di mana komponen suatu produk diproduksi di beberapa negara Asia sebelum dirakit dan diekspor, telah menciptakan saling ketergantungan ekonomi yang mendalam. Peran Corporation multinasional, terutama dari Jepang, Korea Selatan, dan kemudian Tiongkok, sangat sentral dalam proses ini.

Institusionalisasi yang Longgar (Loose Institutionalization): Berbeda dengan Uni Eropa yang memiliki suprastruktur birokrasi yang kuat, kerangka kelembagaan di Asia-Pasifik cenderung longgar dan tidak mengikat. Forum seperti Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) beroperasi berdasarkan konsensus dan komitmen sukarela (voluntary pledges), bukan peraturan yang legally binding. Pendekatan "Asian Way" ini mengutamakan konsultasi, non-interferensi, dan pembangunan konsensus, yang dianggap lebih sesuai dengan keragaman kawasan.

Fokus pada Kerja Sama Fungsional: Kerja sama sering kali berfokus pada area-area teknis dan fungsional yang tidak terlalu sensitif secara politik, seperti fasilitasi perdagangan, konektivitas infrastruktur, dan kerja sama energi. Pendekatan ini memungkinkan kemajuan praktis tanpa harus menyelesaikan perbedaan politik yang mendalam terlebih dahulu.

 

1.2. Perebutan Makna "Indo-Pasifik" dan Implikasinya bagi CBC.

 

Konsep "Indo-Pasifik" telah mendapatkan daya tarik dalam beberapa tahun terakhir, mereframing kawasan yang membentang dari pantai Afrika Timur hingga pantai Amerika. Pergeseran terminologi ini bukan hanya geografis, tetapi juga geopolitik dan strategis.

 

Pergeseran ke Kerangka Geostrategis: Konsep Indo-Pasifik secara eksplisit menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik, sehingga menempatkan India dan kekuatan maritim sebagai pusat dalam arsitektur regional. Hal ini merefleksikan kekhawatiran akan keseimbangan kekuatan, khususnya terkait dengan kebangkitan Tiongkok dan ambisi maritimnya di Laut China Selatan dan sekitarnya.

Kompetisi Visi: Terdapat persaingan antara berbagai "visi" Indo-Pasifik:

Visi AS dan Sekutunya: "Free and Open Indo-Pacific" (FOIP) yang dianut oleh AS, Jepang, India, dan Australia (melalui Quad) menekankan pada tatanan berbasis aturan, kebebasan navigasi, dan keamanan maritim. Visi ini sering dilihat sebagai upaya untuk membendung pengaruh Tiongkok.

Visi ASEAN: ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) menekankan inklusivitas, dialog, dan kerja sama, bukan konfrontasi. AOIP menolak untuk memilih pihak dan ingin memastikan bahwa ASEAN tetap menjadi pusat arsitektur kawasan yang sedang berkembang.

Visi Lainnya: Negara-negara seperti Indonesia dan Prancis juga telah mengajukan konsep mereka sendiri tentang Indo-Pasifik.

Implikasi bagi CBC: Pergeseran ke kerangka Indo-Pasifik membawa CBC ke ranah keamanan yang lebih luas. Kerja sama tidak lagi hanya tentang perdagangan dan konektivitas, tetapi juga tentang kerja sama keamanan maritim, keamanan jalur laut, dan pembangunan infrastruktur port yang strategis. Hal ini menambah lapisan kompleksitas baru pada dinamika CBC, di mana logika ekonomi dan logika keamanan semakin terjalin.

 

2. Tiongkok dan India sebagai Peserta Kunci dalam Kerja Sama Lintas Kawasan.

 

Kebangkitan Tiongkok dan India telah mendefinisikan ulang lanskap politik dan ekonomi Asia. Pendekatan mereka yang berbeda terhadap kerja sama regional sangat mempengaruhi bentuk dan arah CBC.

 

2.1. Tiongkok: Integrasi melalui Infrastruktur dan Institusi.

 

Tiongkok telah beralih dari peserta yang pasif menjadi arsitek utama arsitektur regional, terutama di bawah inisiatif ambisius Belt and Road Initiative (BRI).

 

Belt and Road Initiative (BRI) sebagai Kerangka CBC Mega-Regional: BRI pada dasarnya adalah proyek CBC terbesar dalam sejarah. Melalui investasi infrastruktur skala besar jalan, pelabuhan, rel kereta api, pipa gas di lebih dari 60 negara, Tiongkok secara fisik menghubungkan dirinya dengan Asia, Eropa, dan Afrika. Inisiatif ini menciptakan koridor ekonomi dan ketergantungan baru, sehingga mendorong bentuk integrasi regional yang dipimpin oleh Tiongkok.

Penciptaan Lembaga Keuangan Baru: Tiongkok mendirikan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dan Bank Pembangunan BRICS untuk mendanai proyek-proyek BRI dan infrastruktur lainnya. Lembaga-lembaga ini menawarkan alternatif dari institusi Barat seperti Bank Dunia dan IMF, sehingga memperluas pilihan pembiayaan untuk proyek-proyek CBC bagi negara-negara berkembang.


Kerja Sama Sub-Regional:


Lancang-Mekong Cooperation (LMC): Sebuah platform yang dipimpin Tiongkok yang menghimpun negara-negara riparian Sungai Mekong. LMC dengan cepat menjadi mekanisme utama untuk kerja sama di bidang sumber daya air, konektivitas, dan keamanan, yang bersaing langsung dengan inisiatif yang lebih tua seperti Mekong-Ganga Cooperation yang diprakarsai India.

Kerja Sama dengan Asia Tengah: Melalui SCO dan BRI, Tiongkok telah memperdalam pengaruhnya di Asia Tengah, sebuah kawasan yang secara tradisional menjadi wilayah pengaruh Rusia.

 

2.2. India: Dari Non-Alignment ke "Act East Policy".


Pendekatan India terhadap kerja sama regional telah berkembang dari kehati-hatian selama Perang Dingin menjadi keterlibatan yang lebih aktif dan strategis.

 

Act East Policy: Kebijakan ini, yang merupakan evolusi dari "Look East Policy" yang lebih lama, menandakan komitmen India untuk terlibat secara mendalam dengan Asia Tenggara dan sekitarnya. Ini bukan hanya kebijakan ekonomi, tetapi juga mencakup dimensi keamanan dan strategis. India secara aktif berpartisipasi dalam forum regional seperti KTT Asia Timur dan memperdalam kerja sama maritim dengan negara-negara seperti Vietnam, Singapura, dan Indonesia.

Konektivitas dan Soft Power: India mempromosikan CBC melalui proyek-proyek konektivitas seperti Kaladan Multi-Modal Transit Transport Project (menghubungkan India timur laut dengan Myanmar) dan India-Myanmar-Thailand Trilateral Highway. Selain itu, soft power India melalui Bollywood, yoga, dan warisan budayanya merupakan alat penting dalam membangun hubungan people-to-people.

Menanggapi BRI: India telah bersikap kritis terhadap BRI, terutama karena proyek intinya, China-Pakistan Economic Corridor (CPEC), melintasi wilayah Kashmir yang disengketakan. Sebagai tanggapan, India telah mempromosikan alternatif seperti International North-South Transport Corridor (dengan Rusia dan Iran) dan memperkuat kerja sama dengan Jepang dalam "Asia-Africa Growth Corridor".

 

Interaksi dan seringkali persaingan antara Tiongkok dan India ini menciptakan dinamika yang kompleks di mana negara-negara Asia yang lebih kecil harus menavigasi, sering kali dengan memanfaatkan kerja sama dengan kedua negara untuk memaksimalkan keuntungan mereka sendiri.

 

3. ASEAN sebagai Model Integrasi Regional di Asia Tenggara.

 

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) merupakan contoh yang unik dan sangat sukses dari integrasi regional di antara negara-negara berkembang yang sangat beragam.

 

3.1. "The ASEAN Way" sebagai Fondasi CBC.

 

Kekuatan dan ketahanan ASEAN terletak pada pendekatannya yang khas, yang dikenal sebagai "The ASEAN Way".

 

Prinsip-Prinsip Utama: Dua prinsip mendasar adalah non-interferensi dalam urusan dalam negeri anggota lain dan pengambilan keputusan berdasarkan konsensus. Prinsip-prinsip ini sangat penting untuk membangun kepercayaan di antara anggota yang memiliki sistem politik yang berbeda (demokrasi, monarki, negara satu partai) dan sejarah konflik.

Inklusivitas dan Arsitektur yang Dipimpin ASEAN: ASEAN telah berhasil menempatkan dirinya sebagai pusat dari arsitektur regional yang lebih luas yang melibatkan kekuatan besar seperti Tiongkok, AS, India, dan Jepang. Forum seperti ASEAN Regional Forum (ARF) dan East Asia Summit (EAS) memungkinkan dialog tentang isu-isu keamanan sensitif di bawah payung netral ASEAN. Ini adalah pencapaian besar CBC, di mana ASEAN menciptakan platform bagi para pesaing untuk berinteraksi.

Integrasi Ekonomi melalui ASEAN Economic Community (AEC): AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang terintegrasi. Meskipun masih ada tantangan, kemajuan dalam penghapusan tarif, fasilitasi perdagangan, dan arus bebas investasi telah sangat meningkatkan CBC ekonomi di kawasan ini.

 

3.2. Tantangan dan Adaptasi.

 

ASEAN menghadapi tantangan signifikan:

Kesenjangan Pembangunan: Kesenjangan ekonomi antara anggota yang lebih kaya (seperti Singapura) dan yang lebih miskin (seperti Laos dan Myanmar) menyulitkan integrasi yang mendalam.

Isu-isu Sensitif secara Politik: Prinsip non-interferensi sering menghambat ASEAN untuk mengambil sikap yang kuat terhadap krisis internal anggota, seperti krisis kemanusiaan di Myanmar pasca-kudeta tahun 2021. Hal ini menguji kredibilitasnya.

Tekanan dari Kekuatan Besar: Persaingan antara AS dan Tiongkok menimbulkan tekanan besar pada persatuan ASEAN, karena anggota memiliki hubungan dan kepentingan yang berbeda dengan kedua negara adidaya tersebut.

 

Meskipun demikian, kemampuan ASEAN untuk bertahan dan tetap relevan selama lebih dari lima dekade adalah bukti keefektifan model CBC-nya yang berbasis konsensus dan inklusif.

 

4. CBC di Organisasi Kerjasama Shanghai (OKS/SCO).

 

SCO mewakili model CBC yang berbeda, yang awalnya berfokus pada keamanan tetapi telah berkembang untuk mencakup kerja sama ekonomi dan budaya.

 

4.1. Dari "Shanghai Five" ke SCO: Evolusi yang Berfokus pada Keamanan.

 

SCO berawal dari "Shanghai Five" sebuah mekanisme perbatasan antara Tiongkok dan bekas republik Soviet (Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan) yang dibentuk untuk membangun kepercayaan dan meredakan ketegangan perbatasan pasca-Perang Dingin. Pada tahun 2001, mekanisme ini berkembang menjadi SCO dengan masuknya Uzbekistan.

 

Agenda Keamanan Inti: Tujuan utama SCO adalah memerangi "tiga kekuatan jahat": terorisme, separatism, dan ekstremisme. Organisasi ini secara teratur mengadakan latihan militer bersama dan berbagi intelijen untuk memerangi ancaman ini, yang menjadi perhatian bersama bagi semua anggotanya, terutama di kawasan Asia Tengah yang rentan.

Pembentukan Kepercayaan di Perbatasan: Warisan terbesar SCO adalah keberhasilannya dalam menstabilkan perbatasan yang sebelumnya sangat bermasalah antara Tiongkok dan negara-negara Asia Tengah, dengan mengurangi jumlah tentara dan membangun kepercayaan.

 

4.2. Ekspansi Agenda dan Tantangan Internal.

 

Seiring waktu, SCO telah memperluas agendanya melampaui keamanan.

Kerja Sama Ekonomi: SCO telah mendorong kerja sama di bidang energi, transportasi, dan perdagangan. Namun, kemajuan di bidang ekonomi lebih lambat karena perbedaan kepentingan ekonomi antara anggota yang besar seperti Tiongkok dan Rusia, serta kekhawatiran di antara anggota yang lebih kecil tentang dominasi ekonomi Tiongkok melalui BRI.

Ekspansi Keanggotaan: Penerimaan India dan Pakistan sebagai anggota penuh pada tahun 2017 memperluas jangkauan geografis SCO tetapi juga memasukkan konflik bilateral yang sudah lama terjadi (antara India dan Pakistan) ke dalam dinamika organisasi, sehingga mempersulit pengambilan keputusan berdasarkan konsensus.

Tantangan Tata Kelola: SCO menghadapi dilema antara menjaga "Semangat Shanghai" (kesetaraan dan konsensus) dan kebutuhan untuk mengembangkan mekanisme yang lebih efektif untuk menangani tantangan regional yang kompleks. Pengaruh dominan Tiongkok dan Rusia juga menimbulkan pertanyaan tentang kesetaraan di antara anggota yang lebih kecil.

 

Terlepas dari tantangannya, SCO tetap menjadi forum penting untuk dialog dan kerja sama keamanan di jantung Asia, yang mewakili bentuk CBC yang sangat dibutuhkan di kawasan yang rawan konflik.

 

Kesimpulan.

 

Kerja sama lintas batas di Asia adalah cerita tentang keragaman, kompleksitas, dan adaptasi. Tidak ada satu model yang berlaku untuk semua. Sebaliknya, kita menyaksikan berbagai model yang hidup berdampingan dan saling tumpang tindih: dari integrasi yang dipimpin oleh pasar di Asia-Pasifik hingga kerangka geostrategis Indo-Pasifik; dari model konsensus yang dipimpin oleh ASEAN hingga kerja sama keamanan yang dipimpin oleh great power di SCO.

 

Dua raksasa, Tiongkok dan India, mendorong banyak dinamika ini, masing-masing dengan visi dan instrumen CBC-nya sendiri. Persaingan mereka menciptakan baik peluang maupun tantangan bagi negara-negara yang lebih kecil. Dalam konteks ini, peran ASEAN sebagai pemimpin yang netral dan penyeimbang menjadi semakin penting, meskipun menghadapi ujian yang berat.

 

Masa depan CBC di Asia akan bergantung pada kemampuan kawasan untuk mengelola tiga ketegangan utama: antara kedaulatan dan integrasi, antara logika ekonomi dan logika keamanan, dan antara kepemimpinan kekuatan besar dan inklusivitas regional. Kemampuan untuk menavigasi ketegangan ini untuk menemukan titik keseimbangan yang mempromosikan pembangunan inklusif, mengelola persaingan, dan menjaga stabilitas akan menentukan apakah abad ke-21 benar-benar menjadi "Abad Asia". Yang jelas, kerja sama lintas batas dalam segala bentuknya akan terus menjadi alat yang sangat penting dalam pencarian kawasan ini untuk tatanan regional yang damai dan sejahtera.

Posting Komentar untuk "Kerja Sama Lintas Batas Asia: Dinamika Regional dan Aktor Kunci. "